Asal-Usul Kesultanan Sambas
Asal-usul kerjaaan sambas

Pada
tahun 1350-1356 M, mendarat pasukan Majapahit dipantai “Jawi” dan sekarang
dikenal dengan sebutan Jawai yang kemudian mengambil alih kekuasaan Raden Janur
sejak saat itu berdirilah kerajaan Hindu Sambas.
Kekuasaan
majapahit terus berlanjut dibawah pemerintahan keturuan Wiqrama Whardana yang
menjadikan Paloh sebagai pangkalan pendaratan bagi pasukan Majapahit pada
masa-masa beriktnya. Selanjutnya pada tahun1484 M kerajaan majapahit tersebut
diperintah oleh Raja Gipang, Lalu diteruskan oleh pemerintahan Ratu Sepudak. Pada
masa ini pusat pemerinahan dipaloh dipindahkan ke Kota Lama. Kerajaan Ratu
Sepudak kemudian disebut sebagai kerajaan sambas tua.
Ratu
sepudak melahirkan dua orang anak perempuan
yang bernama Mas Ayu Anom dan yang bungsu bernama Mas Ayu Bungsu dan
saudaranya pun melahirkan dua anak laki-laki yaitu Pangeran Raden Prabu Kencana
dan Pangeran Mangkurat. Kemudian Pangeran Prabu Kencana dikawikan dengan Mas
Ayu Anom Kemudian dijadikan raja dan digelari Ratu Anom maka ialah yang
memegang perintah memerintah Negeri Sambas an pengaeran Mangkurat menjadi patih
yang memerintahkan di bawah Pangeran Ratu Anom.
Terbentuknya Kesultanan Sambas
Terbentuknya
Kesultanan Sambas berkaitan dengan kekuasaan Ratu Sepudak di Kerajaan Sambas
Tua, Kerajaan Brunai Darussalam, dan Kerajaan Sukadana. Diceritakan dalam
silsilah Raja Sambas, seorang raja yang bernama Raja Tengah diperintahkan oleh
kakandanya Sultan Abdul Jalil Jabbar untuk menjadi raja di Serawak. Setelah
mendirikan kerajaan di Serawak, Raden tengah pergi ke Johor untuk mengunjungi
bibinya yaitu Raja Bunda pada tahun 1599 M. ketika dalam perjalanan pulang
kembali ke Serawak kapal Raja Tengah dan rombongan terkena badai besar sehingga
mereka terdampar di negeri Matan Sukadana dan disambut baik oleh Sultan
Muhammad Syafiuddin.
Karena
keluhuran budi pekerti Raja Tengah, Sultan Kerajaan Sukadana pun berkenan
mengawinkannya dengan saudaranya yaitu bernama Ratu Surya. Dari perkawinan
tersebut Raja Tengah dan Ratu Surya mendapat lima orang anak yaitu, Raden
Sulaiman, Raden Badarudin, Raden Abdul Wahab, Raden Rasmi Puri dan Raden
Ratnawati). Setelah merasa cukup lama di Sukadana mereka pun meminta izin
kepada sultan untuk tinggal di Sungai Sambas.
Perjalanan
Raja tengah dan istri diikuti oleh prajurit yang mempergunakan empat puluh buah
kapal yang dipersenjatai. Rombongan Raja Tengah menyusuri Pantai Utara, lalu
memasuki sungai Sambas besar dan berhenti pada suatu tempat bernama Kota
Bangun. Di daerah tersebut kemudian dibangun perkampungan yang sering disebut
dengan Muare Tebangun. Tempat tersebut tidak jauh dari Kota Lama yaitu ibu kota
Kerajaan Sambas Tua yang ketika itu diperintah oeh Ratu Sepudak. Hubungan
antara Raja Tengah dan Pengusasa kerajaan Sambas Tua terbina dengan baik dan
semakin dipererat dengan pernikahan antara anak Ratu Sepudak bernama Mas Ayu
Bungsu dengan anak sulung Raja Tengah bernama Raden Sulaiman.
Proses
munculnya Kesultanan Sambas merupakan perjalanan berliku yang diawali dengan
perselisihan internal. Meskipun demikian, secara umum Kesultanan Sambas
didirikan secara damai oleh Raden Sulaiman. Setelah pernikahan antara Raden
Sulaiman dan Mas Ayu Bungsu, mengantarkan Raden Sulaiman masuk kedalam struktur
pemerintahan yan ketika itu diperintah Ratu Anom Kesuma Yuda setelah
meninggalnya Ratu Sepudak. Ia menjabat sebagai wazir kedua di kerajaan yang
bertugas mengurus segala hal yang meenyangkut urusan didalam dan di luar Negari
Sambas. Sedangkan wazir utama adalah Pangeran Mangkurat yaitu adik kandung Ratu
Sendiri, bertugas mengurusi perbendaharaan negara di samping mewakili Ratu
ketika sedang bepergian.
Ketidakharmonisan
bahkan perselisihan terhasdi antara kedua wazir dalam menjalankan tugasnya,
yang dikarenakan Raden Sulaiman lebih popular, dipatuhi dan dicintai oleh
rakyat. Selain itu, juga karena ketakutan
Pangeran Mangkurat akan semakin menyebarnya islam dan runtuhnya kerajaan
Sambas Hindu. Untuk menghindari perang saudara, Raden Sulaimandan istri
berserta mentrinya memutusakn untuk meninggalkan kota lama. Mereka berhenti di
Kota Bangun sebelum akhirnya mereka pindah ke Kota Bandir dan mendirikan
perkampungan baru.
Sepeninggalan
Raden Sulaiman terjadi krisis yang berkepanjangan akibatnya banyak penduduk
yang ikut pindah sehingga kota lama semakin sepi. Disisi lain Pangeran Mangurat
masih saja dengan sikap kerasanya dalam memerintah dan tidak mengindahkan
perintah Ratu. Akhirnya Ratu Anom merasa putusa asa dan berniat meninggalkan
Kota Lama untuk pindah ke Selakau yang nantinya ia mendirikan kerajaan baru
bernama Balai Pinang. Sebelum ke Selakau, Ratu singgah ke Kota Bangun dan
menyerahkan kekuasaan kepada Raden Sulaiman. Setelah tiga tahun, pusat pemerintahan dipindahkan ke Lubuk Madung yang
menjadi pusat kerajaan kedua setelah Kota Lama. Disilah Raden Sulaiman resmi
dinobatkan sebagai penguasa kesultanan Sambas yang pertama dengan gelar Sultan
Muhammad Syafiuddin I (1630-1669 M) pada tanggal 10 Zulhijah tahun 1040 H atau
tahun 1630 M sekaligus menjadi awal kemunculan kesultanan Sambas secara resmi.
Risa, 2015. Perkembangan Islam Di Kesultanan Sambas. Yogyakarta, Ombak.
Get notifications from this blog